Ketua MUI Palu pidato tentang toleransi dihadapan umat Kristiani
Palu- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof Zainal Abidin menyampaikan pidato tentang toleransi dan membangun kerukunan, dihadapan puluhan ribu umat Kristiani pada perayaan Paskah Oikumene gereja-gereja se-Sulawesi Tengah.
“Perayaan Paskah Oikumene Gereja-gereja se-Sulawesi Tengah menjadi momentum yang baik untuk memperkuat hubungan sesama manusia, tanpa melihat latar belakang apapun,” kata Zainal Abidin, di Kota Palu, Senin (6/5/2024).
Ia dilibatkan dalam kegiatan itu sebagai salah satu pembicara dalam perayaan Paskah tersebut, yang berlangsung di Kota Palu, dihadiri sekitar 50 ribu jemaat Kristiani dari berbagai gereja di provinsi ini.
Baca juga: FKUB Sulteng temui tokoh umat Budha bahas kerukunan
Menurut guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu ini bahwa ajaran yang dibawah oleh Yesus tentang cinta, kasih dan sayang sesungguhnya juga diajarkan oleh semua agama.
Dalam Agama Islam cinta dan kasih sayang juga diajarkan dalam hubungan sosial, olehnya pesamaan-persamaan dalam agama harus dikedepankan untuk mempererat hubungan antar sesama manusia.
Baca juga: PT ANA respon perintah Gubernur Sulteng penciutan lahan sawit
“Kerukunan dan toleransi adalah rujukan perdamaian, umat beragama jangan hanya melihat satu sisi (perbedaan), kedepankan persamaan dalam membangun hubungan yang harmonis dalam bingkai Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tutur Zainal.
Ia mengutip Firman Allah pada Surah Al-Maun yang artinya “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”.
Ayat ini kata dia mengandung makna tentang mengasihi dan menyayangi sesama manusia, yaitu dengan memberikan makan orang miskin atau menganjurkan orang untuk memberi makan orang miskin, serta tidak menghardik anak yatim.
Baca juga: Ekspor Sulteng capai 67 miliar dolar AS pada triwulan 1 tahun 2024
Di jelaskannya Islam hadir dengan ajaran cinta kedamaian, Kristiani dengan ajaran penuh kasih sayang, Konghuchu sabar dan pengertian, Budha sumber kebajikan, dan Hindu suka ketentraman.
“Memang semua agama tidak sama karena ada perbedaan yang mendasar. Dari perbedaan itu ada kesamaan, sama-sama mengajarkan kebaikan. Saya berharap melalui kegiatan ini Sulawesi Tengah dapat menjadi provinsi yang mana, damai dan harmonis,” ucap Zainal. (Ngit)
Baca juga: Enam sektor unggulan Sulawesi Tengah dipromosi lewat Sulteng Expo
Tinggalkan Balasan