Palu- Ekspor Sulteng (Sulawesi Tengah) mencapai abfka 67 miliar dolar AS pada triwulan satu tahun 2024 yang didukung dari berbagai sektor unggulan, kata Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan Sulteng.

“Terjadi kenaikan ekspor 314,9 persen (yoy), kondisi ini sangat positif,” kata Kepala Kanwil DJPb Sulteng Yuni Wibawa, di Palu, Kamis.

Ia menjelaskan mayoritas ekspor didominasi oleh ekspor komoditas besi dan baja dengan valuasi sebesar 1,5 miliar dolar AS dan berat total komoditas sekitar 929,2 juta ton.

Baca juga: Kabupaten Parigi Moutong ekspor komoditas durian

Sementara itu impor ke Sulteng pada Maret 2024 tercatat senilai 454 juta Dolar AS atau turun 37,6 persen yoy, secara agregat impor di provinsi ini mencapai sekitar 1,41 miliar dolar AS selama triwulan I 2024.

“Kondisi ini tidak terlepas dari kinerja ekonomi yang kuat, selaras dengan kualitas pemulihan ekonomi yang terus terjaga ditandai dengan lanjutnya perbaikan kondisi ketenagakerjaan Sulteng 2023,” ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Sulteng sejak Januari hingga Juli 2023 sekitar 1,6 juta dolar AS, kondisi ini sangat berbanding jauh dengan di tahun ini.

Baca juga: Bupati Morowali Utara serahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2023 kepada BPK RI

Ia mengemukakan dari kegiatan ekspor secara tidak langsung memberikan penguatan pertumbuhan ekonomi daerah, tahun lalu mengalami pertumbuhan 11,91 persen.

Tahun 2023 ekonomi Sulteng tumbuh 11,91 persen, ini tidak terlepas dari dukungan berbagi sektor. Sektor paling menonjol dalam pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang industri pengolahan, diikuti sektor pertambangan dan penggalian, kemudian pertanian, perkebunan serta perikanan.

Baca juga: Otonomi daerah berkelanjutan menuju ekonomi hijau

“Pertumbuhan yang impresif ini mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 1,69 persen,” ucap Yuni.

Ia menambahkan dari sisi penerimaan pajak terealisasi sebesar Rp2,22 triliun, sampai dengan 31 Maret 2024 penerimaan pajak didominasi oleh penerimaan PPh non migas sebesar 67,06 persen dari total penerimaan perpajakan.

“Penerimaan atas PPh non migas mencatatkan pertumbuhan tertinggi sekitar 40,02 persen (yoy) relatif tinggi dibandingkan komponen penerimaan pajak yang lain,” kata dia. (Wan)

Baca juga: 9.800 beras impor didatangkan ke Sulawesi Tengah