Palu- Untad dan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melakukan kerja sama berbasis penelitian dalam memperkuat benteng pesisir di Sulawesi Tengah melalui digitalisasi konservasi mangrove.

“Kami optimis program ini dapat memberikan dampak yang baik dari sisi ketahanan lingkungan maupun untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” kata Rektor Untad Palu Prof Amar di Palu, Rabu (21/8/2024) menanggapi kerja sama tersebut.

Ia menjelaskan kolaborasi dibangun tidak lain yakni untuk kepentingan pelestarian lingkungan, khususnya pesisir pantai.

Baca juga: KKN tematik Untad diharap tekan prevalensi stunting di Palu

Di tempat yang sama EVP Head of Circle Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Kalisumapa) Indosat Ooredoo Hutchison Swandi Tjia mengemukakan model pelestarian lingkungan yang diusung melalui program digitalisasi konservasi mangrove.Program tersebut sebelumnya telah dijalankan di Provinsi Kalimantan Utara, Aceh, Jawa Tengah dan Maluku.”Indosat pertama kali mengimplementasikan program tersebut pada Mei 2023 di Nunukan, Kalimantan Utara dan Palu menjadi kota ke-5 dari penerapan program ini,” sebutnya.

Lanjut Seandi menerangkan, program diusung menjangkau kolaborasi antara pihak akademisi dengan praktisi bidang teknologi mendukung upaya ketahanan lingkungan dengan pengembangan mitigasi berbasis teknologi digital.

Baca juga: Dugaan korupsi lahan mangrove, Kejati Sulteng periksa kades Ambunu

“Langkah itu sejalan dengan perjalanan transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (Telco) menuju perusahaan teknologi (TechCo),” ucapnya.

Ia menjelaskan, Indosat menghadirkan solusi Internet of Things (IoT) berupa teknologi yang dapat memantau beberapa parameter penting kualitas air untuk budi daya perikanan secara tepat waktu.

Baca juga: TNI dan Pemkot Palu sinergi atasi dampak perubahan iklim

“Khususnya tambak yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove diharapkan produktivitas tambak tetap terus meningkat, namun tetap menghindari kerusakan mangrove disekitarnya karena ancaman penebangan secara masif,” ujarnya.

Ia mengemukakan konsep tersebut dikenal sebagai Silvo-fishery atau metode terpadu berkelanjutan dari usaha perikanan yang berdampingan dengan pelestarian mangrove, dan diikuti konsep pengenalan sistem pengelolaan dengan meminimalisasi degradasi dampak terhadap lingkungan.

Baca juga: KKN tematik Untad diharap tekan prevalensi stunting di Palu

“Melalui kolaborasi itu, Indosat mengandalkan kekuatan IoT-nya untuk memonitor kualitas air dan produktivitas tambak perikanan, sekaligus melestarikan ekosistem mangrove didalamnya,” kata Seandi menuturkan. (Ngit)

Baca juga: Realisasi distribusi pupuk urea di Sulteng 14.875 ton