Palu- Tanaman hidroponik hasil produksi warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Palu, Sulawesi Tengah dimintai masyarakat.

“Panen sayur hidroponik kami tidak hanya sekedar di konsumsi sendiri, tetapi juga dijual keluar Lapas, karena masyarakat berminat,” kata Kepala Lapas Kelas IIA Palu Gunawan di Palu, Minggu (30/6/2024).

Baca juga: 1.000 butir pil ekstasi berhasil digagalkan otoritas Lapas Luwuk

Ia menjelaskan sayuran diproduksi WBP berupa selada dan pakcoy, yang mana penanaman sayuran melalui wadah hidroponik merupakan salah satu program pembinaan kemandirian bagi WBP bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bidang pertanian.

Di kemukakannya setelah panen, WBP akan menanam kembali sayuran di wadah tersebut untuk keberlanjutan program.

Baca juga: PLN pulihkan jaringan listrik pasca banjir di Sulteng

“Pembinaan ini supaya mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan bisa lebih mandiri untuk menjalankan usaha,” ujarnya.

Menurut dia pemanfaatan lahan sempit untuk bercocok tanam memberikan manfaat positif bagi kelangsungan WBP, karena sayuran yang mereka tanam memiliki nilai ekonomis.

Baca juga: Sulawesi Tengah ketambahan pupuk subsidi 128.057 ton

Di sisi lain hasil produksi WBP juga dijamin bebas dari pestisida, sehingga masyarakat berminat membelinya.

“Ini menjadi nilai tambah, selada dan pakcoy yang diproduksi tidak mengandung bahan kimia (pestisida), semuanya ditanam secara alami tida ada menggunakan obat-obatan untuk menyuburkan tanaman,” kata Gunawan menuturkan.

Baca juga: Penyelundupan narkoba di Lapas Luwuk digagalkan petigas

Hendra, salah satu pembeli sayur-sayuran hasil produksi WBP mengaku puas dengan kualitas tanaman hidoonik.

“Sayurnya segar dan tidak terkontaminasi dengan pestisida. Saya berharap mereka memproduksi kembali jenis sayuran ini,” ucapnya.

Baca juga: 18 warga Palu ditangkap BNN karena terlibat narkoba

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulteng Hermansyah Siregar mengapresiasi model pembinaan yang dilakukan otoritas Lapas Kelas IIA Palu.

Pemberdayaan dilakukan terhadap WBP menghasilkan nilai ekonomis bagi mereka untuk dimanfaatkan kebutuhan sehari-hari.

Baca juga: Otonomi daerah berkelanjutan menuju ekonomi hijau

“Saya berharap pihak Lapas terus meningkatkan keterampilan WBP, dengan harapan setelah mereka keluar dari Lapas bisa membantu meningkatkan ekonomi keluarga bermodal keterampilan yang sudah didapat selama masa pembinaan,” kata dia. (Ngit)

Baca juga: Presiden RI: Bandara Mutiara Palu vital tunjang ekonomi daerah