Palu- Hidrometeorologi perlu diwaspadai saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan sebab dapat menimbulkan dampak, baik banjir maupun tahan longsor, kata Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Saat ini terjadi peralihan musim, sebagian besar daerah di Sulteng masuk musim hujan pada November mendatang,” kata Kepala BMKG Kelas Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu Nur Alim di Palu, Kamis (24/10/2024).

Baca juga: Pondok Pesantren berperan cetak SDM unggul untuk masa depan

Ia menjelaskan peralihan musim kemarau menuju musim penghujan terjadi cuaca ekstrim di sejumlah wilayah, oleh sebab itu masyarakat perlu mewaspadai khususnya warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai dan lereng gunung dengan meningkatkan mitigasi bencana.

Prakiraan BMKG wilayah-wilayah bantaran sungai dan sekitar lereng terkena dampak banjir bandang maupun tanah longsor.

Baca juga: Untad jadikan Munas FPPTPI tunjang kebijakan pangan untuk IKN

Selain itu menurut catatan BMKG, daerah dominan terlambat memasuki musim kemarau berada di Kabupaten Morowali, kabupaten tersebut baru akan mengalami kemarau pada November nanti.

“Kondisi ini dipengaruhi oleh topografi,” ujarnya.

Baca juga: Ponpes Ittihaadul Ummah Parigi ajak santri berjuang lawan kebodohan

Alim menjelaskan karakter iklim Sulawesi Tengah unik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, sebab provinsi ini masuk dalam kategori darah non zom atau daerah dimana pola hujannya tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau.

Itu sebabnya hujan lokal lebih dominan terjadi meskipun secara umum berada di musim kemarau, oleh sebab itu BMKG mengistilahkan kemarau basah.

Baca juga: Debat publik ruang bagi paslon sampaikan gagasan

“Sulteng tidak memiliki dampak langsung terhadap kemarau, sehingga aktivitas masyarakat tidak terganggu, salah satu contoh sektor pertanian tetap melakukan kegiatan bertani,” ujarnya.

Menurut catatan BMKG bencana hidrometeorologi sangat berdampak pada kehidupan masyarakat, olehnya wilayah-wilayah yang berpotensi menimbulkan dampak yakni daerah rawan bencana, salah satunya Kabupaten Sigi di prediksi dominan mengalami hidrometeorologi.

Baca juga: Pertanian organik penting tunjang ketahanan pangan Parimo

“Sigi masih dominan berpotensi terdampak bencana hidrometeorologi, terutama banjir. Di susul Kabupaten Parigi Moutong, Donggala, sebagain wilayah Kabupaten Banggai dan Poso. Guna mengantisipasi ancaman bencana dibutuhkan kolaborasi lintas sektor melakukan penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS),” turu Alim.

Baca juga: Pemkot Palu ajak perusahaan asuransi kolaborasi pembangunan daerah