Dinas PTH Sulteng tingkatkan pendapatan petani lewat program inovasi
Palu- Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sulawesi Tengah (Sulteng) berupaya meningkatkan pendapatan petani melalui program inovasi pemberdayaan petani dalam menunjang pengentasan kemiskinan ekstrem di daerah tersebut.
“Petani salah satu sumber daya yang harus menjadi perhatian pemerintah dalam hal meningkatkan kesejahteraan mereka, maka lewat pemberdayaan merupakan bentuk intervensi konkret,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah Nelson Metubun di Palu, Senin (5/5/2025).
Ia mengemukakan, menurut data Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tentang Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), petani dengan kategori miskin sebanyak 55.520 jiwa, kemudian petani miskin ekstrem dan berisiko stunting sebanyak 32.917 kepala kluarga (KK).
Dari 55.520 jiwa petani miskin itu tersebar di tiga kabupaten yakni, Kabupaten Parigi Moutong, Sigi dan Donggala, yang mana tiga daerah tersebut merupakan lumbung pangan Sulawesi Tengah.
Baca juga: 50 potensi SAR dilatih pencarian korban di gunung hutan
Oleh karen itu program inovasi ini menjadi salah atu bentuk komitmen pemerintah daerah (pemda) memperkuat ekonomi masyarakat petani, supaya mereka memiliki penghasilan yang lebih baik.
“Kami melakukan pendampingan kepada petani sasaran berkolaborasi dengan pemda di kabupaten/kota, kecamatan, desa hingga penyuluh pertanian dan kelompok tani. Yang mana pendapatan petani miskin rata-rata Rp500 sekali musim taman atau tiga bulan, maka kami mengupayakan untuk melipatgandakan pendapatannya,” ujarnya.
Ia menjelaskan adapun bentuk intervensi dilakukan yakni bantuan bibit tanaman yang menghasilkan dalam umur tiga hingga empat bulan, maupun bibit tanaman produktif yang menghasilkan jangka panjang.
Baca juga: Pj Bupati Parimo ajak isan pendidikan tingkatkan kualitas pendidikan
Menurut survei dilakukan Dinas TPH, rata-rata petani miskin menerapkan pola tanam secara sporadis atau berpindah-pindah, sehingga langkah intervensi awal dilakukan melalui pendekatan penyuluhan dan pembimbingan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil.
Dari kelompok itu, kemudian diintroduksi dalam bentuk tanaman sederhana yakni bibit cabai rawit dan jagung dilengkapi dengan pupuk cair serta tanki semprot pertanian.
“Jenis tanaman ini cepat berproduksi membutuhkan waktu tiga hingga empat bulan sudah bisa panen, dengan harapan ke depan tanaman mereka hasilkan bisa memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, kemudian intervensi lain untuk tanaman jangka panjang yakni bantuan benih durian dan benih alpukat,” tutur Nelson.
Ia menambahkan, Sulawesi Tengah merupakan daerah terbesar kedua penghasil beras di Pulau Sulawesi setelah Provinsi Sulawesi Selatan, yang mana jumlah produksi beras 2024 di provinsi ini mencapai 449.675 ton, dengan jumlah konsumsi beras sebanyak 312.175 ton per tahun.
“Dari jumlah produksi itu, Sulawesi Tengah mengalami surplus 137.500 ton,” kata dia. (Wan)
Baca juga:Pj Bupati Parigi Moutong buka kejuaraan road race bupati cup
Tinggalkan Balasan