Ahmad Ali: Toleransi harus tulus tanpa kepura-puraan
Tentena— Ahmad Ali, calon Gubernur Sulawesi Tengah nomor urut 1 mengatakan toleransi dibangun masyarakat harus tulus tanpa ada kepura-puraan, dalam artian nilai toleransi harus dijunjung tinggi.
Dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh Kristen dan masyarakat Kabupaten Poso di Pondok Mesale Tentena, Jumat (15/11/2024 siang, Ahmad Ali menyoroti bahwa toleransi sejati tidak boleh bersifat pura-pura atau sekadar “topeng.”
“Kalau masih seolah-olah mengerti tapi tidak tulus, toleransi itu juga menjadi toleransi seolah-olah, bukan toleransi yang sesungguhnya,” jelas Ahmad Ali, yang disambut setuju oleh sejumlah tokoh agama setempat, termasuk Pdt Rinaldy Damanik, Pdt Ade Kongkoli, dan Lis Saino.
Baca juga: Pendukung BERAMAL diimbau jauhi politik fitnah
Ahmad Ali juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mewujudkan moderasi beragama yang sejati.
“Kesadaran itu harus terbangun dan berani disuarakan. Moderasi beragama itu bukan sesuatu yang hanya diucapkan tapi harus disuarakan,” tambahnya.
Baca juga: Tokoh agama akan deklarasi pilkada rukun di Palu
Sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan pariwisata Tentena, Ahmad Ali mengajak tokoh masyarakat untuk mengembalikan Festival Danau Poso sebagai pesta budaya yang mewakili identitas masyarakat Kabupaten Poso, khususnya masyarakat Pamona.
Ia berencana mendukung festival ini sebagai aset pariwisata yang menarik minat wisatawan internasional, sekaligus berdampak nyata bagi perekonomian lokal.
“Kalau nanti Tuhan berkehendak kami memimpin Sulawesi Tengah, moderasi beragama dan pertunjukan budaya kita akan didesain ulang menjadi komoditas pariwisata yang layak jual, sehingga tidak sekadar festival, tapi mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar Ahmad Ali.
Baca juga: Pemkab Buol fasilitasi 2.000 pekerja rentan jadi peserta Jamsostek
Diskusi yang hangat dan akrab ini berlangsung selama hampir dua jam sebelum Ahmad Ali dan rombongan melanjutkan perjalanan mereka ke wilayah Poso Pesisir. (Rilis)
Baca juga: Pencegahan ekstremisme kekerasan komitmen UIN Palu
Tinggalkan Balasan