Investor pasar modal Sulawesi Tengah meningkat 48 persen
Palu- Investor pasar modal di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan 48 persen tahun 2023 menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Dari 76.918 total jumlah investor di daerah ini, 22.766 investor diantaranya adalah investor saham,” kata Kepala BEI Perwakilan Sulteng Putri Irnawati di Palu, Kamis (1/2/20234).
Ia menjelaskan dari rekapan data, investor atau single investor identifikasi (SID) berpartisipasi melantai di pasar modal di provinsi ini masih di dominasi oleh investor yang berusia 30 tahun kebawah dengan presentasi 63 persen.
Baca juga: 43.790 penerima manfaat mendapat bantuan CBP
Sedangkan investor pasar modal berdasarkan pekerjaan yakni sebesar 31 persen berasal dari pegawai swasta, pelajar/mahasiswa 27 persen kalangan pengusaha 16 persen, kalangan pegawai negeri sipil (PNS) 7 persen, kalangan ibu rumahtangga 4 persen, kalangan guru 1.7 persen,dan lain-lain 14 persen.
“Investor milenial masih mendominasi investasi pasar modal 2023, di bandingkan pertemuan investor kalangan muda/milenial 2022 dengan presentasi 36 persen. Terjadi peningkatan sangat signifikan dari tahun sebelumnya,” tutur Putri.
Baca juga: Gubernur Sulawesi Tengah lepas bantuan beras ke Sigi
BEI juga mencatat kabupaten/kota dengan jumlah investor pasar modal terbanyak berasal dari Kota Palu sebesar 34 persen, disusul Kabupaten Banggai 10 persen, kemudian Morowali 8,4 persen dan Parigi Moutong 8,3 persen.
“Tahun ini kami mengupayakan peningkatan minat masyarakat melantai di bursa efek dengan berbagai metode. Melalui wadah ini masyarakat tidak hanya mendapat keuntungan secara finansial, tetap juga tambahan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan maupun investasi,” ujarnya.
Baca juga: Kapolda Sulteng cek kesiapan jajaran di Morut hadapi pemilu
Ia menambahkan, strategi-strategi yang akan di bangun ke depan yakni memasifkan edukasi pasar modal di berbagai segmen, termasuk meningkatkan akses galeri investasi.
Nilai transaksi pasar modal Sulteng Tahun 2023 sebesar Rp7 triliun, jumlah ini mengalami penurunan di banding nilai transaksi 2022 sebesar Rp7,6 triliun.
“Nilai transaksi terbesar masih didominasi Kabupaten Tolitoli sebesar Rp3,7 trilliun, disusul Kota Palu sebesar Rp2,1 triliun, Kabupaten Morowali Rp365 miliar dan Kabupaten Banggai Rp188 miliar,” demikian Putri. (Wan)
Baca juga: Petani Sulawesi Tengah produksi 2.792 ton bawang merah
Tinggalkan Balasan