Palu- Hidrometeorologi masih berpotensi terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah hingga Maret 2025, menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Potensi dampak hidrometeorologi cukup besar hingga Maret mendatang berdasarkan pemantauan cuaca kami lakukan melalui citra satelit,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu Nur Alim di Palu, Rabu (22/1/2025).

Ia menjelaskan potensi tersebut sangat rentan tejadi pada wilayah-wilayah yang berada di zona rawan bencana tinggi, sehingga BMKG merilis prakiraan cuaca tujuh hari ke depan dengan kecenderungan hujan turun intensitas ringan, sedang, hingga lebat di Sulteng.

Baca juga: Berkas perkara korupsi di Bangkep dilimpahkan ke Kejati Sulteng

Menurut pemetaan BMKG, daerah rentan terhadap ancaman dampak hidrometeorologi yakni wilayah-wilayah yang memiliki riwayat bencana banjir bandung dan tanah longsor.

Catatan BMKG, daerah rawan bencana tinggi berada di Kabupaten Sigi yang beberapa waktu lalu dilanda banjir, kemudian Kabupaten Buol juga mengalami hal yang sama, Donggala bagian Utara, Banggai Laut dan Morowali Utara.

“Perlu ada perhatian khusus pada daerah-daerah memiliki zona rawan bencana tinggi, khususnya ancaman hidrometeorologi,” ujarnya.

Baca juga: Kerja sama jadi kunci kesuksesan visitasi PPG

Ia memaparkan menurut pemantauan BMKG cuaca ekstrim terjadi dipicu perlambatan angin di wilayah udara Sulawesi Tengah, sehingga berpengaruh terhadap sirkulasi penguapan air ke udara melambat, akibatnya awan hujan tumbuh lebih cepat.

Oleh sebab itu BMKG mengimbau warga yang berada di daerah zona rawan bencana tinggi perlu mewaspadai ancaman tanah longsor dan banjir bandang.

Baca juga: BMKG catat masih terjadi 193 kali gempa susulan di laut Tuban

“Kewaspadaan perlu, sebab bencana tidak bisa dipastikan kapan terjadi. Namun masyarakat perlu memperkecil risiko melalui penguatan mitigasi mandiri,” tutur Alim.

Pengamatan BMKG juga menunjukan tanah longsor berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Donggala bagian Utara dan Kabupaten Sigi karena memiliki lereng yang cukup terjal, di tambah kejenuhan tanah akibat diguyur hujan berturut-turut sejak beberapa hari terkahir dapat mempercepat proses pergerakan tanah.

“Kami mengimbau masyarakat melakukan perjalanan jauh, sebaiknya hindari melintas di jalur pegunungan pada malam hari guna mengantisipasi kondisi membahayakan keselamatan, di samping jarak padang terganggu karena kabut, juga berpotensi longsor,” kata dia. (Wan)

Baca juga: Morowali Utara harap Kemenkes dapat berkolaborasi bangun daerah